Pagi itu, Yudi, seorang anak berusia 9 tahun, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah di rumah sederhananya bersama ibu dan bapaknya, Bu Atik dan Pak Adeung. Ibu Atik membantu Yudi menyiapkan seragam sekolah. Bersama teman-temannya, Yono dan Indro, mereka berangkat melewati medan sulit menuju sekolah yang terletak di daerah yang sulit dijangkau.
Di sekolah, mereka disambut oleh Pak Sa’ad, seorang guru yang bijak. Ditengah pelajaran, Yudi bercerita cita-citanya ingin menjadi guru, tetapi teman-temannya menertawakannya. Pak Sa’ad dengan bijak memuji cita-cita mereka.
Setelah sekolah, mereka bermain tongkat sodor dengan riang. Yudi menang, tetapi teman-temannya menertawakannya impiannya lagi. Yudi merasa malu dan memutuskan untuk mogok sekolah, ingin belajar sendiri di rumah. Agar pintar.
Malamnya, Ibu Darmi, seorang guru mengaji Yudi, menjelaskan makna Q.S Ali Imran 104 kepada mereka. Hari berikutnya,
Yono dan Indro menjemput Yudi untuk sekolah, tetapi Yudi menolak. Ibu Atik membiarkan Yudi dan menyuruh mereka untuk pergi duluan.
Di sekolah, Pak Sa’ad menyadari ketidakhadiran Yudi. Yudi yang sedang dirumah menulis impian dan alasan ingin menjadi guru di selembar kertas. Teman-teman Yudi mencoba merayu dia untuk bermain bola, mereka pun bermain bola, dan terjadi perkelahian karena disela istirahat Yono mengejek bahwa Yudi pemalas. Setelah dilerai, mereka diminta untuk memaafkan satu sama lain.
Malam harinya, Yudi meminta maaf kepada ibunya dan menyimpan secarik kertas impiannya di kamusnya. Keesokan harinya di sekolah, Yudi berbicara di depan kelas, mengungkapkan impian menjadi guru untuk menyebarkan cahaya ke seluruh negeri.
Sepuluh tahun kemudian, Yudi menjadi guru dan menginspirasi muridnya dengan moto "Urip Iku Urup" (Hidup adalah Cahaya).
.
#OlympicAD2024 #PondokPesantrenDarulArqamGarut
.
Ikuti juga channel Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah lainnya:
Instagram:   / darularqam_.  .
Facebook:   / darularqamof.  .
Website: https://darularqamgarut.sch.id